Rabu, 02 April 2014

Cinta Pertamaku


Dilahirkan sebagai perempuan berdarah Belanda dan Jawa adalah suatu keunikan tersendiri bagiku. Namaku sendiri, Alicia Mekar Lucia, pemerian campuran Ayah dan Ibuku. Nama Mekar itu pemberian almarhumah Bundaku, yang keturunan orang keraton Yogyakarta. Sedangkan Alicia Lucia dari Ayahku, yang keturunan Belanda. Maka tak heran, aku memiliki kulit putih pucat dan mata coklat turunan Ayah, tapi rambutku hitam tebal dari Bunda. Kini aku dan Ayah tinggal di kota Kembang, Bandung. Di umurku yang sudah menginjak masa remaja ini, yang baru saja akan duduk dibangku kelas 1 SMA, tapi aku sekalipun belum pernah merasakan jatuh cinta. Berbeda dengan banyak anak remaja lainnya.
Meski banyak siswi laki-laki yang menyatakan perasaannya padaku, tapi aku sama sekali tidak tertarik dengan mereka. Tapi kali ini Tuhan memberikan suatu keajaiban dalam hidupku. Aku kini merasakan untuk pertama kalinya, bagaimana rasanya hati berbunga-bunga, dan pikiran yang hanya tertuju pada satu orang saja, ya benar kini aku tahu bagaimana rasanya jatuh cinta. Meski untuk sebagian remaja seumuranku pada umumnya ini hal yang wajar, tapi menurutku ini adalah hal yang baru saja aku alami.
Siswi laki-laki satu angkatan, berbeda kelas, berambut hitam, kulitnya cukup putih, dan tubuhnya tinggi melebihi aku, dialah yang sudah mencuri perhatianku. Awalnya aku bertemu dengannya ditangga. Dia dan teman-temannya melewat didepan wajahku, menatap diriku sekilas, tapi aku tidak bisa memanglingkan mataku darinya. Namanya Radit, entah dia tinggal dimana, entah dia anak baik-baik atau tidak, entah dia sudah memiliki kekasih atau tidak, yang pasti dia adalah cinta pertamaku.
Suatu sore, aku dan teman-temanku jalan-jalan ke mall, secara kebetulan kami berpapasan dengan Radit, membuatku salah tingkah didepannya, semenjak itu kami dekat, dan berteman dengan baik. Meski sesungguhnya aku ingin hubungan kami lebih dari sekedar pertemanan, tapi, bisa berteman baik dengannya saja adalah suatu anugerah bagiku.
Radit itu laki-laki yang baik, dia ramah, sopan, serta asyik diajak bercanda, seperti layaknya yang aku fikirkan. Aku senang bisa ddekat dengannya, bisa bercanda dengannya setiap saat, bisa berpapasan dengannya setiap bertemu, bisa saling mengirim pesan singkat setiap waktu. Aku kira pertemanan kami bisa lebih dari sebuat pertemanan biasa, tapi itu mustahil, dan memang benar mustahil.
Suatu hari dibulan Oktober, aku tahu kalau Radit sudah memiliki pacar. Namanya Shilla, siswi perempuan yang kelasnya bersebelahan dengan kelasku. Dan ternyata cintaku pada Radit bertepuk sebelah tangan. Aku memang memendam rasa ini sendirian, tidak ada yang tahu. Karena aku yakin suatu saat kejadian seperti ini akan terjadi, maka lebih baik menyimpan rahasia ini sendirian.
Untuk pertama kalinya aku merasakan jatuh cinta, dan ras aitu harus bertepuk sebelah tangan, juga dibalas sakit hati. Aku ini salahku memendam rasa sendirian, Radit sudah jelas tidak salah. Tapi, aku tidak mau juga kalau berpacaran dnegan Radit, hanya karena dia kasihan kepadaku saja. Itu pasti lebih membuatku skait lagi.
Yang pasti aku hanya tidak mau hubunganku dengan Radit berubah hanya karena dia sudah punya pacar. Aku ingin  tetap bersahabat dengannya. Ingin terus bebas bisa jalan-jalan dengannya, mengobrol bebas dengannya, saling mengirim pesan singkat dengannya, tanpa dia tahu kalau dia sudah membuat rasa yang amat dalam padaku. Aku tidak mau semua ini berubah.
Melihatnya bahagia dengan wanita lain adalah suatu kebahagiaan tersendiri bagiku. Meski sebenarnya sakit, aku harus turut bahagia melihatnya bahagia, meski bnukan dengannku. Aku tahu Tuhan akan memberiku pendamping yang baik, meski kalau itu bukan Radit sekalipun aku ikhlas. Biar kusimpan rasa ini sendirian tanpa harus diketahui oleh orang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar