Tanpa
sadar tanganku menggerakan pensil yang kugenggam sambil memainkan kepala pensil
tersebut diatas kertas kosong. Menghasilkan ratusan coretan tak jelas dikertas
yang awalnya kosong itu. Aku pun tersadar dan berhenti mengerjakan hal yang tak
berguna itu. Kenapa aku ini? ada apa pada diriku akhir-akhir ini? mengapa
hidupku seolah berubah drastis? Apa artinya semua ini? apa ini cobaan yang
Tuhan berikan padaku? Tidak, ku rasa ini bukan cobaan. Lalu apa ini semua? Apa
akhirnya ini semua akan berakhir? Lalu aku kembali ke kehidupanku yang semula?
Berakhir dengan ending bahagia seolah ini adalan drama Film Televisi?
Aku gadis
yang masih duduk dibangku SMP, yang sedang mengalami entah cobaan, atau ujian,
atau apapun itu yang sedang menimpa hidupku. Namaku Ashilla Putri Mutiara,
badanku tinggi dan agak kurus, bunda bilang itu karena aku kurang makan. Mata
sipit berwarna hitam dan kulit putih keturunan ayah, ya mungkin itulah sekilas gambaran
fisik diriku. Dulu sahabatku biasa memanggilku Shilla si Kutu Buku. Mungkin itu
karena kemanapun aku pergi, aku tidak bisa melepaskan buku-buku novel tebal
kesayanganku dari gengaman tanganku. Tapi meski begitu aku tidak seperti
layaknya seorang ‘Kutu Buku’ pada umumnya. Aku tidak terlalu pintar, buku yang
aku baca juga kebanyakan novel, dibanding buku pelajaran.
Tapi itu
‘dulu’. Kini kehidupanku berubah drastis. Hal yang sangat buruk baru saja aku
alami beberapa hari yang lalu, aku kehilangan sahabatku! Ya, ini mungkin hal
yang tidak biasanya terjadi. Dan mungkin yang lebih sering terjadi adalah
kehilangan pacar. Tapi kali ini aku kehilangan sahabat, bukan pacar. Kata
setiap orang yang aku jadikan sebagai tempat curhat, menurut mereka aku harus
membereskan hal ini secara baik-baik. Tapi jalan pikiranku beda. Aku pikir,
lebih baik memendam semua masalah ini sendiri, dan menerima semua yang sudah
terjadi, dibanding harus memperunyam masalah. Aku tidak mau bila aku bahas
masalah ini lagi, malah menjadi makin rumit. Aku tidak mau itu terjadi.
Aku
memercayai mereka, aku membutuhkan mereka, aku menyayangi mereka. Tapi mengapa
mereka tak percaya padaku? Aku butuh penjalasan yang cukup logis untuk semua
pertanyaanku ini. untuk semua apa yang telah aku alami ini. Kehidupan ini
adalah suatu ending yang nyata. Bukan suatu cerita fiktif seperti layaknya FTV,
yang endingnya berawal dengan kesenangan, dijalani dengan adanya sedikit
konfilk, dan berakhir dengan indah. Tapi kehidupan ini kenyataan yang asli.
Masa depanku aku yang menentukan, dan Tuhan yang mengabulkan. Belum tentu
berakhir bahagia layaknya FTV.
Kini aku
tidak punya siapa-siapa. Tapi itu disekolah. Untuk diluar, aku masih punya satu
orang sahabat yang lain. Dia tidak pernah marah padaku, apapun yang terjadi.
Kami selalu bersama, aku yakin itu. Tapi tetap saja, aku merindukan sahabatku
yang kini menjauh. Apa salahku? Hingga mereka membenciku? Kesalahan sebesar apa
hingga mereka bertindak begitu? Apakah sebesar itu kesalahan yang telah aku perbuat
sampai mereka membuang muka tiap kali mereka bertatap muka denganku? Apakah
tidak ada cara untuk menebus kesalahanku ini agar mereka mau memaafkanku dan
menerimaku menjadi sahabat mereka lagi? ku kira kini hanya Tuhan yang bisa
mengabulkan semua doaku itu.
Entah apa
salahku, entah apa kesalahanku, entah hal buruk apa yang telah aku lakukan
hingga mereka enggan mendekatiku lagi. Cara mereka halus, membenciku secara
perlahan, tapi membuatku heran. Kian hari kian heran. Heran dengan diriku, juga
dengan diri mereka. Atau mungkin aku memang pantas menerima ini semua?
Aku tahu
kehidupan itu rumit. Tak seindah kehidupan dalam FTV. Tapi apakah semua ini
akan berakhir secara indah seperti layaknya FTV itu? Apakah pepatah yang
mengucapkan “sabar itu indah” akah terwujud dalam kehidupanku yang sedang
krisis ini? apa ada jawaban yang cukup logis untuk menjawab semua pertanyaan
yang muncul dari dalam otakku ini? apa ini hanya sebuah mimpi atau aku terbawa
kedunia lain layaknya film Alice in Wonderland, lalu aku kembali terbangun
kedunia nyata dan membawa segudang pengalaman indah?
Aku tahu
itu semua bodoh. Harusnya aku membuka mataku dan sadar bahwa ini smeua bukanlah
mimpi. Tapi ini kenyataan. Kenyataan yang menyedihkan. Yang aku simpan sendiri.
Dan lebih bodohnya lagi aku tak bisa berbuat apa-apa untuk memperbaiki
kenyataan yang suram ini. aku terlalu ketakutan, terlalu ketakutan bahwa bila
aku berbuat lebih jauh, akan terjadi hal yang lebih suram. Inilah ending
hidupku. Ending hidup seorang Ashilla Putri Mutiara, yang dulunya sangat indah
dan bahagia, berubah secara drastic menjadi suram dan menyedihkan, yang selalu
berharap bahwa akhirnya akan bahagia layaknya ending FTV, tapi dia yakin bahwa
itu suatu mimpi yang ‘mustahil’.